Kamis, 17 Januari 2013

KUNCI RUMAHKU ADA PADAKU  (  2 )
Tidak ada perubahan sikap dan watak pada Tio suamiku meski usia perkawinanku sudah 10 tahun. Aku dikarunia 2 orang anak perempuan yang  banyak orang mengatakan wajahnya mirip suamiku. Aku tetap bangga dan suka apapun orang mengatakan mirip suamiku dan tidak mirip mirip denganku. Lebih ekstrim lagi banyak dari temanku mengatakan beruntung mirip suamiku walau tidak langsung mengatakan apanya yang lebih beruntung atau sifak apa yang tidak menguntungkan yang ada padaku. Aku tetap senyum dan senang mendengar anak-anak mirip bapaknya dan tidak mirip denganku, walau saat sekarang anak-anak sudah menginjak dewasa, mereka memilih mirip denganku dan tanpa alasan pula mengapa memaksakan diri ingin mirip dengan aku. Mirip aku atau mirip suamiku tidak masalah bagiku, karena memang kami orang tuanya. Andai anak-anak ingin merip orang lain dan tidak mau mirip orang tuanya itu baru masalah.

Dalam perjalanan waktu, tentu kami lalui dengan berbagai suka dan duka. Ketika ada telphon berdering menanyakan suamiku apakah ada di rumah ? Apakah suamiku pernah tidak pulang ? Aku dengan tenang menjawab apa maksud peretanyaan itu dan siapa anda sebenarnya ? Tanpa menjawab perempuan itu hanya mengatakan ingin menyelamatkan rumah tanggaku. Aku tidak segera percaya atau bahkan tak akan pernah percaya akan provokasi atau gosip murahan yang tak jelas akan kebenarannya ingin guncangkan bahteraku yang berlayar mengarungi samudera luas selama ini dan tanpa angin tanpa hujan ada yang hadirkan petir di siang bolong. Perempuan itu tetap meyakinkan aku dengan memberi nomor telphon yang bisa dihubungi untuk meyakinkan aku, dan memberi rute angkot bila ingin menemui suamiku dimana berada pada hari dan jam tertentu. Aku tidak ingin memperjelas dimana dan dengan siapa setidaknya arahnya kemana informasi itu aku sudah bisa merabanya. Dengan tegas aku katakan, datang saja ke kantorku, dan temui aku kalau memang berita itu dapat dipertanggungjawabkan. Namun sang pemberi informasi tak punya nyali untuk meyakinkan tujuan menyelamatka rumah tanggaku yang memang tak perlu diselamatkan karena tak terjadi suatu aral melintang ataupun badai yang guncangkan rumah tanggaku.

Aku bukan tipe orang yang mudah panik dan melawan segala perkara dengan geram atau emosi. Semua masalah aku cerna dengan baik dan saya bicarakan baik-baik. Seperti biasa Tio yang sangat kalem tenang dan wibawa itu tanpa ekspresi apapun saaat aku jelaskan ada kejadian telphon dan permasalahan yang diungkapkan dari penelphon. Dalam hati aku agak gelisah juga, sambil aku amati perubahan ekspresi wajahnya saat aku bicarakan masalah itu. Aku tidak temukan tanda-tanda yang mencurigakan, maka aku abaikan dan beberapa saat berlalu tanpa ada lagi penelphon yang sering menteror saat suamiku tidak ada disampingku. Aku sering bertanya dalam hati, mengapa orang itu menelphon sangat yakin mengetahui suamiku tidak di rumah ? Jangan-jangan orang itu memang ada di dekat suamiku dan menghendaki sesuatu terjadi di dalam keluargaku, maka membeuat berita yang tidak penting tanpa perencanaan cerdaas menurutku. Karena setiap aku tepis pertanyaan maupun pernyataannya, provokator itu tak berkutik. Aku berdoa pada Tuhan agar hentikan orang-orang yang ingin hancurkan keluargaku. Biarkan kami bahagia bersama anak dan suamiku dalam keadaan apapun dan bagaimanapun kami ingin pertahankan untuk menjadi keluarga sederhana bersahaja dan utuh selamanya.

Kunci rumahku ada padaku, apapun berita tidak baik, kalu aku menyikapi dengan tepat dan baik, maka tak akan terjadi hal-hal yang tidak kami inginkan di dalam keluargaku. Dalam hati sesungguhnya aku minta ketegasan atau sekali-sekali Ito suamiku itu marah pada perempuan tidak jelas itu dan mengatakan berita murahan itu tidak benar, bukan hanya santai dan tanpa ekspresi menyikapi seperti tak ada masalah apapun. Aku menjadi agak kurang gairah dalam beraktivitas, bahkan terkadang antara yang aku katakan tidak nyambung dengan yang aku lakukan, saat sadar aku coba menetralisir dan kendalikan diri agar tidak kebablassan seperti orang gila. 

Seperti biasa aku berdoa mohon terang dari Tuhan akan masalah yang tak jelas yang cukup mengganggu dalam kehidupanku. Anak-anakku tidak ada yang mengetahui apapun yang terjadi antara aku dan suamiku saat itu. Anak-anak tahunya selama dalam kehidupan keluargaku, tak pernah melihat pertengkaran diantara kami.Hingga suatu hari ada penelphon lagi yang mengatakan hal-hal lebih mengganggu pikiran hatiku. Aku menanyakan apakah kamu yang biasa menelphon aku selama ini ?: Perempuan penelphon itu mengatakan tidak pernah menelphon sebelumnya. Dan aku bertanya dari mana dapat nomor telphon rumahku ? dia tidak segera menjawab, maka aku dengan tegas mengatakan jangan pernah ganggu dengan telphon-telphon gaya kampungan tidak jelas, kalau memang menyampaikan kebenaran, sebaiknya ketemu atau tidak ada telphon-telphon lagi. Aku akan langsung tutup atau tak akan pernah ada lagi telphon di rumahku lagi bila hanya untuk berbicara dengan orang tidak jelas dan tidak bertanggungjawab. Kami ini keluarga beriman dan berpendidikan, jadi kalau berbicara harus jelas dan yang baik-baik saja yang dapat tumbuhkan kasih bukan awali pertikaian dengan berita bodoh macam ini. Jangan pernah telphon lagi, maaf anda telah buang-buang waktu yang hanya ganggu orang lain. Terima kasih. dan telphon langsung aku tutup.

Hingga hari ini tidak ada lagi telphon pengganggu itu berdering, dan andai ada telphon sebagai berita atau informasi yang jelas dan baik dari saudara atau sahabatku. Memang sekali-sekali sikap tegsa dan keras harus diungkapkan untuk hentikan gosip murahan dan berita miring yang menjadikan oeang gila kalau tidak cerdik menyikapinya. Sekali lagi rumah tanggaku tetap utuk karena kuncinya ada padaku. Tuhan jagai keluargaku jangan biarkan rapuh oleh apapun karena Tuhan telah percayakan kunci rumahku itu ada padaku. Terima kasih Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar